Materi Perkembangan Psikis Remaja

Juli 11, 2019
Kembali berjumpa dengan kami team - Kali ini kami bagikan artikel tentang Materi Perkembangan Psikis Remaja khusus untuk Konselor Sekolah, Guru BP, Guru BK, Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling dan Sosiologi

Dalam Materi Perkembangan Psikis Remaja yang akan dibahas kali ini mengenai Perkembangan sosial remaja, Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja, Faktor-faktor yang mensugesti perkembangan sosial, Pengaruh perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku, Perbedaan individual dalam Perkembangan Sosial, Upaya Pengembangan Hubungan Sosial remaja danImplikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Selamat Membaca !!

Materi Perkembangan Psikis Remaja khusus untuk Konselor Sekolah Materi Perkembangan Psikis Remaja


Perkembangan Psikis Remaja

1. Perkembangan sosial remaja.

Pada masa remaja berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja menjalin hubungan sosial dengan yang lebih karab dengan mereka, terutama sahabat sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.

Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam pembiasaan diri terhadap lingkungannya, remaja telah memperhatikan dan mengenal banyak sekali norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarga. Remaja menghadapi banyak sekali lingkungan, bukan saja bergaul dengan banyak sekali kelompok umur.

Dalam hubungan persahabatan, remaja menentukan sahabat yang mempunyai kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut minat, sikap, dan nilai kepribadian. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, alasannya ialah disamping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip anutan adanya kebutuhan masa depan untuk menentukan sahabat hidup. Pada masa remaja juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk mengalah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,kebiasaan, kegemaran, atau cita-cita orang lain.

Perkembangan sikap konformitas pada remaja sanggup memperlihatkan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya. Apabila kelompok sahabat sebaya yang diikuti atau diimitasi itu menampilkan sikap dan sikap yang secara moral agama sanggup dipertanggungjawabkan, contohnya kelompok yang taat agama, berbudi pekerti luhur, kreatif dalam menyebarkan bakat, rajin belajar, aktif berorganisasi, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik.

Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan sikap malsuai atau melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan sikap menyerupai kelompoknya itu. Contohnya, tidak sedikit remaja yang mengidap narkotika dan s3ks bebas, alasannya ialah mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang yang sudah biasa melaksanakan hal tersebut. Karena itu mereka perlu didampingi supaya mempunyai kemampuan pembiasaan sosial baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seseorang remaja sanggup mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan duduk kasus yang dialami remaja. Keadaan atau insiden ini oleh Erik Erickson (dalam Letfon,1982:281) dinyatakan bahwa anak telah sanggup mengalami krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang ialah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya ihwal keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya ihwal kebeadaan dirinya. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini Erickson beropini bahwa inovasi jati diri seseorang didorong oleh dampak sosiokultural.

Pergaulan remaja bayak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun besar. Dalam memutuskan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh banyak sekali penimbangan, menyerupai moral sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, duduk kasus umum yang dihadapi remaja dan paling rumit ialah faktor pembiasaan diri. Di dalam kelompok besar akan terjadi persaingan berat, masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akuratnya.

Nilai positif dalam kehidupan kelompok ialah tipe anggota kelompok berguru berorgansasi, menentukan pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok, Sekalipun dalam hal-hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku di dalam masyarakat, alasannya ialah yang lebih diperhatikan ialah keutuhan kelompoknya. Di dalam mempertahankan dan melawan “serangan” kelompok lainlebih dijiwai keutuhan kelompoknya tanpa memperdulikan objektifitas kebenaran.

2. Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja

Alexander A. Schneiders (Dalam Syamsu Yusuf. 2002:1999) menjelaskan katakteristik pembiasaan sosial remaja sebagai berikut:

Lingkungan keluarga
  1. Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga.
  2. Menerima otoritas orang renta dan mau mantaati peraturan yang ditetapkan orang tua.
  3. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasa (norma ) keluarga.
  4. Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya.
Lingkungan Sekolah
  1. Bersikap respek dan mau mendapatkan peraturan sekolah.
  2. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas sekolah.
  3. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.
  4. Bersikap hormat dan patuh terhadap guru dan semua personil sekolah.
  5. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan- tujuannya.
Lingkungan masyarakat
  1. Mengakui dan respek terhak-hak orang lain.
  2. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain. 
  3. Bersikap simpati dan altruistis terhadap kesejahteraan orang lain.
  4. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan masyarakat.

3. Faktor-faktor yang mensugesti perkembangan sosial

Perkembangan sosial insan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni keluarga, kematangan individu, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

a. Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memperlihatkan dampak terhadap banyak sekali aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang aman bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian intinya keluarga merekayasa sikap kehidupan budaya anak.

Proses pendidikan yang bertujuan menyebarkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

b. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk bisa mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan mendapatkan pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian,untuk bisa bersosialisasi dengan baik diharapkan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

c. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang remaja, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteknya yang utuh dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Secara tidak pribadi dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dankelompokknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarga. Dari pihak remaja itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

Sehubungan dengan hal itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial sosial keluarganya. Dalam hal tertentu maksud menjaga status sosial keluarganya itu mengakibatnya menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini sanggup berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya.

d. Pendidikan 
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasiannya ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam hal arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma sikap yang benar secara sengaja diberikan kepada akseptor didik yang berguru di kelembagaanpendidikan. 

Kepada akseptor didik bukan saja dikenalkan kepada norma- norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar bangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk sikap kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

e. Mental, emosi, dan intelegensi.
Kemampuan berpikir banyak mensugesti kemampuan belajar, memecahkanmasalah dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh alasannya ialah itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial remaja. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan dalam hal ini akan dengan gampang dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

4. Pengaruh perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku.

Dalam perkembangan sosial, remaja sanggup memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke evaluasi diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil evaluasi ihwal dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat perjuangan seseorang untuk menyembunyikannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, alasannya ialah lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laris sehari-hari.

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang mengakibatkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, moral istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi ada kontradiksi dengan sikap kritis yan tampak pada perilakunya. Kemampuan abstraksi mengakibatkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya berdasarkan alam pikirannya. Situasi ini akhirnya sanggup mengakibatkan perasaan tidak puas dan putus asa.

5. Perbedaan individual dalam Perkembangan Sosial

Bergaul dengan sesamma insan (sosialisasi) dilakukan setiap orang, baik secara individual maupun kelompok. Dilihat dari banyak sekali aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya. Sesuai dengan teori komprehensif ihwal perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Ericson (Dalam Sunarto . 2002:135) dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap insan menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. 

Manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam, dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai talenta dan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok sosial yang beraneka ragam. Remaja yang telah mulai menyebarkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya. 

6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial remaja danImplikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan. 

Remaja dalam mencari identitas diri mempunyai sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya merekabelum memahami benar ihwal norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Keduanya sanggup mengakibatkan hubungan sosial yang kurang serasi, alasannya ialah ia (mereka) sukar untuk mendapatkan norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan ke dua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok lain, mungkin kelompok remaja lain, kelompok dewasa, dan kelompok anak-anak, akan mengakibatkan sikap sosial yang kurang atau tidak sanggup diterima oleh umum. Tidak sedikit sikap yang berlebihan akan (over acting) muncul.

Itulah kiranya yang bisa kami bagikan mengenai Materi Perkembangan Psikis Remaja, semoga bermanfaat untuk semua kalangan. Terima Kasih.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »